NEGERIATAS ANGIN, PESONA ALAM BOJONEGORO 15:46:00. Negeri Atas Angin, pilihan Mas Ambon berbeda dengan jalur yang saya tahu. Umumnya jalur yang dipilih pengunjung dari Kota Bojonegoro adalah Dander-Bubulan-Sekar. Namun, dengan pertimbangan efisiensi dan kondisi jalan, dia membawa kami melewati Kalitidu-Ngasem-Sekar.
Tempat wisata alam yang ada di Bojonegoro ini bernama Negeri Atas angin. Wisata ini menawarkan panorama indah dengan hamparan pemandangan alam yang mempesona. Selain itu, wisatawan juga akan disuguhi cantiknya sunrise atau sunset dari atas bukit. wisata negeri atas angin bojonegoro. google maps. sumber fajar hengki wijaya Sebuah perbukitan yang apabila berdiri di puncaknya, maka akan tersaji pemandangan Kabupaten Bojonegoro, Nganjuk, dan Saradan. Dari sini anda juga dapat menikmati keindahan aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa yaitu Bengawan Solo. Hamparan pemandangan yang menawan akan terlihat jelas dan menakjubkan mata. Berada di ketinggian sekitar 650 mdpl dan berada di tengah kawasan hutan jati. Dari sini anda dapat menyaksikan pemandangan bukit dan pemandangan alam lainnya yang jarang bisa ditemukan di Bojonegoro. Anda juga akan disuguhkan penampakan gunung kembar, yakni gunung Lawang dan Gunung Kendil. Wisata Negeri Atas Angin ini dikelola bersama-sama oleh masyarakat desa, pemerintah desa dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bojonegoro. Tempat wisata yang cocok untuk dikunjungi bagi pecinta adventure dan travelling. Alamat Negeri Atas Angin Deling, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Harga Tiket Masuk Tiket masuk Weekday Rp. Tiket masuk Weekend Rp. Jam Buka Buka setiap hari. WIB – WIB. Rute ke Negeri Atas Angin Untuk mencapai lokasi Wisata Negeri Atas Angin terdapat beberapa perjalanan yang bisa anda tempuh. Diperlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota Bojonegoro. Dengan jarak tempuh sekitar 50 km. Rute keberangkatan dari pusat Kota Bojonegoro, baik Alun-alun Bojonegoro atau Terminal Rajekwesi. Mulai perjalanan ke arah Desa Dander terlebih dahulu. Sesampainya di Dander, kamu bisa mengambil titik poin dari Pasar Dander terlebih dahulu. Ada dua rute, rute pertama dari Pasar Dander. Ambil arah barat hingga ke Kantor Desa Butoh, Ngasem. Kemudian, belok kiri dan lurus saja hingga masuk ke Desa Deling. Tinggal cari lokasinya yang letaknya gak jauh dari kantor desa tersebut. Rute kedua dari Pasar Dander. Ambil arah ke selatan sedikit hingga masuk ke Wahana Pemandian Taman Tirta Dander. Selanjutnya, ambil lurus saja hingga masuk ke Daerah Bubulan. Ambil kanan menuju ke Barat hingga ke Pos Hutan Paldaplang. Kemudian, ambil kiri, lurus hingga masuk ke Desa Deling. Transportasi Akses jalan menuju lokasi Wisata Negeri Atas Angin sudah bagus dan beraspal. Cara termudah untuk sampai di lokasi ini adalah dengan bergabung dengan tur. Atau anda bisa menyewa mobil di hotel penginapan anda. Anda juga bisa mencoba berpetualang dengan berkendara sendiri dengan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor untuk menuju lokasi wisata ini. Ada Apa di Negeri Atas Angin negeri atas angin bojonegoro. google maps. sumber Ramban Ufo Daya tarik utama Wisata Negeri Atas Angin tentu saja sajian pemandangan alamnya. Suasananya karena cukup sejuk dan menyenangkan karena berada di ketinggian. Ketika sampai di puncak bukit, pemandangan alam dan panorama yang indah begitu bagus dan menakjubkan. Untuk dapat menikmati pemandangan yang indah itu kamu harus menaiki jalan setapak menuju puncak bukit. Hamparan Pemandangan Alam Menakjubkan wisata negeri atas angin. google maps. sumber rio adidik Wisata Negeri Atas Angin menawarkan hamparan pemandangan alam yang indah dan menakjubkan. Berada di ketinggian sekitar 650 mdpl dan berada di tengah kawasan hutan jati. pemandangan alam wisata negeri atas angin. google maps. sumber gatot fitriyono Sebuah perbukitan yang apabila berdiri di puncaknya, maka akan tersaji pemandangan Kabupaten Bojonegoro, Nganjuk, dan Saradan. Hamparan pemandangan yang sangat menawan akan terlihat jelas. Dari sini anda dapat menyaksikan pemandangan bukit hijau, pegunungan dan pemandangan alam lainnya yang jarang bisa ditemukan di Bojonegoro. Pemandangan Gunung pemandangan wisata negeri atas angin. google maps. sumber Neki Ikstyan Dari tempat ini anda akan disajikan pemandangan gunung. Anda akan melihat penampakan gunung kembar, yakni gunung Lawang dan Gunung Kendil. Bukit Cinta pemandangan negeri atas angin. google maps. sumber Lisha Widiyati Di Wisata Negeri Atas Angin ini terdapat Bukit Cinta. Menurut cerita masyarakat setempat dulunya merupakan tempat pertemuan Dewi Sekar Sari dan Raden Atas Aji. Keduanya merupakan sepasang kekasih yang dipertemukan saat dalam pelarian ketika terjadi perang di zaman Kerajaan Mataram dan Pajang. Kemudian keduanya dikisahkan bermukim di lokasi negeri di atas angin hingga akhir hayat. Sunset dan Sunrise menikmati sunset di negeri atas angin. google maps. sumber Sego Coengkoep sunset di negeri atas angin. google maps. sumber Duwita Sistiani Di tempat Wisata Negeri Atas Angin, anda juga akan disajikan pemandangan cantiknya sunrise dan sunset yang mempesona. Piknik Keluarga piknik di wisata negeri atas angin. google maps. sumber Ahmad Adifin Spot Foto Intsgramable foto di negeri atas angin. google maps. sumber Mei Yuliasari Dengan sajian panorama dan pemandangan alam yang menakjubkan. Wisata Negeri Atas Angin menawarkan spot foto yang sangat keren dan menarik. Anda bisa berfoto dengan latar pemandangan alam sekitarnya. berswafoto di negeri atas angin. google maps. sumber Sugito Sugito Dengan lanskap yang sangat indah dan cantik ini, Wisata Negeri Atas Angin kerap dijadikan lokasi pemotretan terutama untuk sesi foto prewedding. Camping camping di negeri atas angin. google maps. sumber roikhatul jannah Selain menikmati pemandangan alam yang tersaji. Banyak pengunjung yang melakukan kegiatan Camping. Menginap dan mendirikan tenda diatas bukit yang disebut Bukit Cinta untuk melihat matahari terbit yang memesona. Fasilitas Negeri Atas Angin Berikut adalah fasilitas dan sarana umum yang tersedia di Wisata Negeri Atas Angin. Area parkir Mushola Toilet Warung jajan Gazebo Pemandu wisata dan lain-lain. Video Negeri Atas Angin Video Negeri Atas Angin berikut dikutip dari chanel Januar Jack Penutup Negeri Atas Angin menjadi salah satu tempat wisata yang wajib didatangi saat berkunjung ke Bojonegoro, Jawa Timur. Tempat wisata diatas bukit dengan pemandangan alamnya yang sangat menakjubkan. Hamparan perbukitan yang hijau menghiasi indah di bawahnya.Wisatanegeri atas angin atau biasa juga disebut bukit cinta yang berada di wilayah selatan Kabupaten Bojonegoro, tepatnya di Desa Deling Kecamatan Sekar, menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Bojonegoro. Namun, perkembangan objek wisata ini masih belum maksimal.Tak pernah terbayang akan travelling bersama member Travel Bloggers Indonesia TBI. Sejak bergabung dengan komunitas kece ini Juni 2015, saya tak pernah bisa hadir dalam kegiatan TBI lantaran beberapa kesibukan. Kabar gembira datang dari Koko Hartadi Putro, rekan seangkatan yang diterima sebagai member TBI. Traveller yang kerap dipanggil Koko atau Sinyo ini mengajak saya, Kak Leonard Anthony, Kak Tracy Chong, dan Kak Imama Lavi Insani untuk mendatangi undangan Dewarna Hotel sekaligus meng-explore alam Bojonegoro. Tentu saja ini kesempatan langka. Saya tak perlu ke mana-mana karena merekalah yang berkunjung ke Bojonegoro, kota kecil tempat saya tinggal. Saya merasa wajib mengosongkan jadwal agar hari itu bisa leluasa menyambut mereka. Karena kebetulan jadi tuan rumah, saya diminta menyusun itinerary. Jujur saja, saya sempat kurang percaya diri memamerkan potensi alam Bojonegoro. Bayangkan, mereka kan para traveller yang sudah menjelajahi nusantara, bahkan negeri tetangga. Tiga objek akhirnya saya pilih di antara beberapa ikon wisata Bojonegoro, yaitu Negeri Atas Angin, Kayangan Api, dan Air Terjun Kedung Peti. Menurut saya, tiga objek inilah yang paling menarik untuk dikunjungi. Harapan saya, waktu sehari cukup untuk menjangkau semuanya. Harapan lainnya, mereka tak kecewa begitu melihatnya dengan mata kepala sendiri. Untunglah, mereka meyakinkan saya, pengalaman menginjakkan kaki di sebuah kota yang baru dikunjungi selalu menarik bagi mereka. Minggu, 12 Februari, pukul Mobil Dewarna telah siap di depan hotel. Mas Ambon, sang driver, meyakinkan kami bahwa dia tahu persis jalur menuju tiga destinasi kami. Namun, rute menuju objek pertama, Negeri Atas Angin, pilihan Mas Ambon berbeda dengan jalur yang saya tahu. Umumnya jalur yang dipilih pengunjung dari Kota Bojonegoro adalah Dander-Bubulan-Sekar. Namun, dengan pertimbangan efisiensi dan kondisi jalan, dia membawa kami melewati Kalitidu-Ngasem-Sekar. Estimasi Mas Ambon, kami membutuhkan waktu tempuh 1,5-2 jam untuk sampai di Negeri Atas Angin. Doa yang kami panjatkan saat itu adalah semoga perjalanan lancar dan langit cerah bersahabat. Sebenarnya, meski sudah lama mendengar pesona Negeri Atas Angin, saya sendiri belum pernah ke sana. Sering ada rencana, tapi selalu batal. Jadi, perjalanan ini pun menjadi pengalaman pertama untuk saya. Ikon pariwisata Bojonegoro Jalan yang kami lalui tak selalu mulus. Di beberapa titik, jalan aspal berlubang. Namun, secara umum, saya bisa mengatakan jalan tersebut masih layak dilewati. Sedikit demi sedikit saya mulai bangga ketika mobil melewati jalan berbukit di kawasan Ngasem menuju Sekar. Tanjakan membawa mobil ke dataran tinggi. Tampaklah hamparan hutan jati dengan latar belakang perbukitan nan hijau. Sawah di sepanjang perjalanan pun menarik layaknya terasering di Bali. Estimasi Mas Ambon rupanya jitu. Tak sampai dua jam, mobil kami telah memasuki lahan parkir Negeri Atas Angin. Wah, sudah banyak motor dan mobil terparkir di sana. Kami pun bergegas turun dan berfoto di depan tulisan besar Negeri Atas Angin Bojonegoro. Alhamdulillah, cuaca sangat cerah. Sinar matahari membuat kami lega. Namun, kami tak mau terlalu lama membuang waktu. Dengan tiket masuk seharga Rp 5 ribu, kami sepakat masuk ke area wisata yang berlokasi di Desa Deling, Kecamatan Sekar, ini. Ada beberapa gazebo di tanjakan menuju Bukit Cinta Di tanjakan pertama, kami disambut sekelompok ayam kalkun. Namun, saya lebih tergoda untuk memotret panorama di sekeliling bukit. Tanpa sadar, langit berubah mendung dan rintik gerimis pun turun. Ya Tuhan, betapa tak bisa diprediksi lagi cuaca saat ini. Tanpa dikomando, kami pun mempercepat langkah. Ko Har dan Kak Imama malah sudah jauh di depan saya. Saya yang saat itu tak membawa tas merasa perlu mencari alat pelindung gadget dan kamera. Untunglah, ada bapak penjual makanan ringan yang memperbolehkan beberapa lembar kantong plastiknya saya beli. Langkah kaki setengah berlari ketika kami sampai di tanjakan menuju puncak Bukit Cinta. Untunglah di atas bukit ini terdapat beberapa tempat duduk dengan atap ijuk. Kami pun duduk dan berteduh di sana lantaran gerimis telah berubah menjadi hujan. Hujan saat travelling menjadi topik pembicaraan waktu itu. Ko Har membuka obrolan dengan menceritakan pengalamannya terkena hujan badai di Maratua. Bahkan dia juga pernah tercebur ke laut di Pontianak. Kak Leo pun merasakan hujan saat mendaki Gunung Ijen Banyuwangi. “Intinya, hujan selama travelling itu dibikin enjoy aja ya,” ujar Kak Tracy. Tiba-tiba, seorang kakek yang kebetulan berdiri di dekat kami menyapa ramah. Kami pun berbincang tentang asal-usul Negeri Atas Angin. Sungguh beruntung kami bisa mendapatkan informasi dari si kakek yang sayang sekali saya lupa bertanya namanya itu. Menurut beliau, bukit ini dinamai Bukit Cinta karena menjadi saksi bisu kisah asmara sepasang kekasih, Raden Atas Aji dan Dewi Sekarsih, pada masa Kerajaan Mataram. Nama Raden Atas Aji diabadikan menjadi nama Negeri Atas Angin, sedangkan nama Dewi Sekarsih diabadikan menjadi nama Desa Sekar. Sang kakek menambahkan, Raden Atas Aji kala itu adalah pria sakti yang telah lama bertapa di bukit ini. Dia menyelamatkan Dewi Sekarsih yang tersesat di hutan. Sekitar 500 meter dari Bukit Cinta, terdapat Gua Watu Telo tempat dua sejoli ini berlindung. Dia menawarkan diri siap mengantar jika kami ingin melihat gua itu. Namun, kami lebih dulu ingin menikmati panorama dari puncak Bukit Cinta. Sekitar 10 menit kemudian, hujan reda. Kami pun pamit kepada sang kakek untuk melihat-lihat sisi lain Bukit Cinta. Kami tertarik berfoto di sebongkah batu tepat di ujung tebing. Deretan pegunungan di Kecamatan Gondang dan Sekar tampak di kejauhan. Tampak pula Gunung Kembar yang menyerupai pintu gerbang, namanya Gunung Lawang dan Gunung Kendil. Lembah dan hutan terlihat sejauh mata memandang. Angin sepoi menerpa saat saya berdiri di puncak bukit berketinggian 650 di atas permukaan laut ini. Kami pun bergantian mengabadikan diri di ujung bukit ini. “Foto di situ udah berasa kaya jadi superhero,” ujar Kak Tracy disambut gelak tawa yang lain. “Langitnya memang ga cerah ya, tapi tetep suka lihat pemandangan ini, benar-benar di luar ekspektasi,” Kak Imama takjub. View Gunung Kembar Tak terasa sudah lebih dari 15 menit kami bergantian berpose. Tumpukan batu yang ditata unik seperti menara kecil pun tak lepas dari jepretan kamera kami. “Sudah, sudah. Sudah cukup kita foto di sini. Lihat tuh, banyak yang antre pengen foto juga di sini,” ujar Kak Leo ketika rombongan pengunjung lain berdatangan. “Bener juga ya. Kita sering nunggu orang menyingkir dari objek yang menarik. Masak giliran kita yang di situ malah kita yang lupa waktu,” timpal saya. “Siap! Ayo kita ke gua kata si kakek tadi,” ajak Ko Har. Kami mengangguk setuju. Semua mengaku kagum akan keindahan Negeri Atas Angin Kata si kakek yang kami yakini si juru kunci itu, kami cukup berjalan kaki 500 meter masuk ke ladang jagung. Sayang, sang kakek tak tampak lagi karena dia lebih dulu mengantar satu rombongan keluarga menuju gua. Kami berjalan mengandalkan petunjuk seorang ibu penjual minuman, ikuti saja jalan setapak yang membelah di ladang. Namun, rasanya sudah lebih dari 500 meter kami berjalan, belum ada tanda-tanda keberadaan gua. “Beginilah bedanya 500 meter versi penduduk desa dengan kita yang tinggal di kota. Kayanya ini sudah 1 kilometer deh,” seloroh Ko Har. Baru sekitar dua tahun ini resmi menjadi objek wisata. Kami pun tertawa. Padahal, gerimis mulai turun dan membasahi baju kami. Ingat tadi beli tas plastik, saya pun membungkus kamera dan handphone. Tak lupa saya bagikan plastik untuk yang lain. Seperti yang dikhawatirkan, ternyata hujan semakin deras. Kami sepakat berhenti di bawah dua pohon. Kami berbagi tempat. Ko Har, Ko Leo, dan Kak Imama di pohon sisi kanan, sedangkan saya dan Kak Tracy di pohon sisi kiri. Sebenarnya, pohon ini tidak benar-benar melindungi kami dari air hujan. Badan kami tetap basah kuyup. Namun, yang ada di pikiran kami adalah menyelamatkan kamera dan handphone di balik kaos kami masing-masing. Sambil mendekap gadget, kami setengah menunduk agar barang-barang berharga itu aman dan terlindung. Beberapa menit kami sempat terdiam. Namun, tak lama kemudian kami larut dalam obrolan dan cerita seru. Tak ada keluhan. Tak ada wajah masam. Ketika hujan reda, kami kompak memilih kembali. Bukan putus asa. Kami hanya tak ingin hujan deras turun lagi dan memakan waktu lebih banyak. Kami ingat masih harus mendatangi Kayangan Api dan Air Terjun Kedung Peti. Tetapi, dalam hati, saya bertekad kembali lagi di lain hari. Gua Watu Telo sepertinya menarik untuk didatangi. Saat kami berjalan kembali, beberapa meter di belakang kami juga ada dua pengunjung lain yang batal melihat gua lantaran terguyur hujan. Tumpukan batu yang unik Nah, jalan setapak yang kami lalui ini ternyata punya “penghuni”. Mau tahu apa? Cacing tanah raksasa! Setelah turun hujan, mereka tampak berpesta. Hampir di setap jengkal, terlihat cacing tanah berukuran sangat besar panjangnya sekitar 20 cm di permukaan jalan. Ini mungkin bukan hal yang menyeramkan bagi orang pada umumnya. Namun, lain cerita untuk Kak Imama yang phobia melihat cacing. Dia yang terlanjur melepas sepatu sering melompat heboh sambil berteriak jijik setiap melewati cacing. “Makin takut, makin jeli lihat ada cacing,” keluh Kak Imama. “Cacing ga gigit kok, Kak,” hibur saya supaya dia tenang. “Tetap aja geli lihatnya,” sanggahnya. Objek penuh pesona nan kaya legenda Kami pun tertawa melihat Kak Imama sibuk loncat mengindari cacing, padahal jalan setapak ini becek dan berlumpur. Untungnya, di sekitar tempat parkir, terdapat kamar mandi untuk kami membersihkan tangan dan kaki. Deretan warung pun menjadi tempat yang pas untuk mengisi perut siang itu. Pengalaman seru ini benar-benar berkesan untuk saya. Saya pun makin yakin, kesan itu bukan hanya soal tempat, tetapi juga bersama siapa kita menghabiskan waktu di sana. * . 364 343 13 492 65 2 448 375